Rabu, 03 Agustus 2011

Kisah Cinta Ali dan Fatimah Azzahra

Kisah Cinta Ali dengan Fatimah Azzahra


Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.
”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.
Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.
Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.
’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.
Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.
’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”
Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ””Aku?”, tanyanya tak yakin.”Ya. Engkau wahai saudaraku!””Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?””Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?””Entahlah..””Apa maksudmu?””Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!””Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !”Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.
Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda ”‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu.”
Kemudian Nabi saw bersabda: “ Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut.”
Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:“ Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.”
(Kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, Bab 4)

Jumat, 29 Juli 2011

Hikmah dan tauladan

Mati Khusnul Khotimah Berkat Anjing


Kisah Islamiah kali ini tentang tobatnya seorang pembunuh, hingga dia mati khusnul khatimah karena jasa baiknya dengan menolong seekor anjing yang sedang sakit parah.

Tobat Nasuha telah dilakukan, namun warga ada yang masih menaruh dendam dan akhirnya membunuhnya. Sebuah kisah yang cocok dibaca di malam hari sebagai renungan kita bersama bahwa hanya Allah saja yang menentukan hidup dan mati seseorang, apakah mati secara khusnul khatimah atau pun Su'ul Khatimah.


BERIKUT KISAHNYA.
Pada zaman dahulu hiduplah seorang ulama besar bernama Abdul Qodir Al Idrus di Turki. Ulama ini memiliki seekor anjing yang menemaninya di sebuah tempat yang sepi.
Dengan bertambahnya usia, Abdul Qodir Al Idrus sering sakit-sakitan, hingga tidak bisa mengurus anjingnya dengan baik.

Anjing ini lambat laun kondisinya semakin memburuk dan akhirnya sakit, tubuhnya penuh dengan koreng dan anjing inimulai menyendiri. 
Di waktu yang bersamaan, ada seorang penduduk di Turki ini yang dikenal sebagai pembunuh, dan sebut saja namanya Arham bin Hamid. Ia telah membunuh lebih dari 50 orang sehingga menjadi buron warga setempat.

MENYELAMATKAN ANJING.
Arham akhirnya lari bersembunyi di hutan, dan entah sudah berapa lama dia hidup di kawasan hutan hingga suatu saat ia menemukan seekor anjing yang sedang sakit keras.
Dengan sorot mata yang tajam, epmbunuh ini terus menatap anjing yang sedang terkulai lemas karena penyakit yang di deritanya.

Arham akhirnya mendekati anjing tersebut dan berkata,
"Wahai anjing yang malang, antara aku dan kamu sama-sama menderita, kini kau menjadi temanku dan aku berjanji akan mengobati lukamu hingga kau merasa baikan."

Sejak saat itu, anjing tersebut dalam perawatan Arham, dan seminggu kemudian mulailah terlihat ada kemajuan mengenai kesehatan si anjing ini, dan hal itu ditunjukkan dengan berlarinya anjing mengitari hutan.
Arham pun akhirnya terus mengikuti larinya anjing ini karena saking riangnya.

Terlihat keceriaan di antara mereka berdua, dan tanpa terasa anjing dan Arham ini keduanya telah keluar dari hutan rimba menuju kota Andulussi. Namun tiba-tiba saja sang pembunuh merasa kaget ketika dirinya masih tetap saja diburu oleh warga setempat.
"Pembunuh..pembunuh..," begitu terika orang-orang.
Tanpa bisa mengelak lagi, Arham dikeroyok oleh orang banyak yang masih memiliki rasa dendam kepadanya.




AHLI SURGA.
Pada saat amukan massa mulai tidak bisa terkontrol, datanglah Abdul Qodir Al Idrus melerai mereka. Dan semua masyarakat tahu betul siapa Abdul Qodir, hingga warga mundur dan berdiri di belakang Abdul Qodir Al Idrus.

Tak berapa lama kemudian, Abdul Qodir Al Idrus langsung menghampiri sosok Arham si pembunuh yang sudah tidak bernyawa lagi ini. Salah seorang warga maju dan memberitahukan bahwa yang mereka keroyok itu adal seorang pembunuh, jadi sudah sepantasnyalah dia mati.

Dengan wajah tenang, Abdul Qodir Al Idrus berdiri lalu berkata,
"Wahai kalian semua, ketahuilah bahwa sesungguhnya yang telah kalian bunuh ini adalah ahli surga, ia mati dalam keadaan khusnul khatimah karena amalnya yang telah merawat anjing dari penyakit yang di deritanya. Dan sebagai pembuktiannya, kuburlah dia baik-baik, niscaya kalian semua akan melihatnya."

Antara takut dan penasaran, masyarakat akhirnya menguburkan jasad sang pembunuh ini layaknya orang yang beriman pada umumnya. Pada saat penguburan telah selesai, tiba-tiba dari atas langit bermunculan ratusan bidadari yang menyerukan shalawat Nabi dengan merdunya sebagai pengiring doa orang-orang yang diterima amal kebaikannya

Kamis, 28 Juli 2011

Untukmu Ibu Tercinta

Untukmu Ibu

Ibu……...
Jasamu sungguh besar terhadapku
Ibu………..
Engkaulah yang membuat aku ada
Engkaulah yg membuat aku dewasa
Teringat saat aku kecil……
Kau ajarkanku untuk meniti dunia ini
Kau ajarkanku hal-hal yg tak pernah aku mengerti
Aku menangis……
Saat teringat akan perjuanganmu
9 bulan 10 hari aku didalam perutmu
Menyusahkanmu…membuatmu tersiksa
Tapi kau tak pernah mengeluh sedikitpun
Setelah aku lahir..
Kau rawat aku….kau jaga aku
Air susumu tak pernah kering…
Walau tiap hari,tiap saat kau berikan padaku
Aku menangis……
Saat aku teringat akan kesalahan-kesalahanku terhadapmu
Aku tak pernah bersyukur..
Aku lupa akan ajaranmu
Aku selalu teringat saat kau belai rambutku saat aku tertidur
Aku menangis…..
Aku menangis saat aku teringat semua dan aku mencoba tau
Bagaimanakah membalas semua yg kau berikan padaku?
Sedangkan setetes  air susumu pun,aku masih belum bisa membayarnya
Tapi aku selalu membuatmu menangis karnaku
Kau tak pernah lupa dan berhenti dalam  setiap do’amu
Hanya demi anakmu…
Demi anak-anakmu agar mereka bahagia
Kau tak pernah hiraukan dirimu
Kau tak makan pun rela..
Asal anak-anakmu tidak menangis karena lapar
Ibu……..
Jasamu sungguh tiada tara
Tak terukur jarak,tak terbatas angka,tak ternilai harga
Semua pengabdianmu ikhlas karena Allah
Dan demi anak-anakmu…
Ibu…..kau segalanya bagiku….

Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah mencatatkan baginya setiap hari dengan 1.000 kebajikan dan menghapuskan darinya 1.000 kejahatan.

 Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya. 

Minggu, 24 Juli 2011

Untuk Dia..............

Kenangan


Terlantun ayat2 cinta yg  membuncah dari dalam diri
Tanpa sadar,ternyata aku hanya seorang diri
Tanpa seorangpun disisiku
Semua yg terlintas hanyalah kenangan
Mainis,pahit,tawa dan airmata
Kegalauan dan kebimbangan hati,menghantarkan diri pada lamunan kasih
Pada kenangan indah dihati
Aku tak tau,harus berapa lama aku seperti ini
Kerinduan pada sosok yg mengerti akan cinta sejati
Aku masih setengah sadar
Saat kau pergi tinggalkan semua ini
Hanya kenangan yg menemaniku,
Yang ku ukir kedalam sebuah tautan hati
Yang takkan pernah hilang walau sampai aku mati
Ketika aku sadar,
Ternyata semua hanyalah kenangan,
Kenangan antara pagi dan sang malam
Kenangan antara mentari dan sang rembulan
Kenangan antara langit dan bumi
Kenangan antara kau dan aku

Rabu, 20 Juli 2011

Hanyalah Sebuah Khayalan



Hanyalah Sebuah  khayalan


Jauh dari sana khayalan ku datang
Membawa segelas kehormatan jiwa
Dengan segenap raga menemani setiap langkah
Memeberi kuasa yang terindah
Meski dalam khayal namun nyata
Mengitari cakrawala kehidupan yang sepi
Di hantaran debu yang mengilingi raga
Memberi pesona dalam hati
Itulah khayalan ku mampu hidup
Meski terhalang oleh kerasnya waktu
Aku mampu menjelajahi dunia
Dengan ku persembahkan keajaiban
Pagi maupun malam hadir memberi warna
Mentari maupun rembulan setia menemani
Aku tak’kan kosong meski ku jauh dari peradapan
Kini khayalku menjadi bagian dalam hidupku
Seperti tak pernah semua menjadi nyata
Hanya dihadapan mimpi terindah
Bagai cahaya pagi yang sepi
Terang karena terpaan anggun sang bidadari

Aku nyata dihadapmu
Tapi kau tak nyata didepanku
Akankah khayalanku bisa terbang menghinggapi mimpimu?
Dan selalu hadir dalam kehidupanmu?

Hanya do’a yang di wakilkan terpaan angin semalam
Semoga kulihat sinar itu  muncul dari wajahmu
Yang anggun,Nanti di akhirat
Saat hari di bangkitkan

Subhanallah....


Subhanallah…..

Aku tak tau apa yang ada didepanku….
Mungkin ini ilusi…..atau intuisi…..
Aku tak tau apa yang harus ku ucapkan…
Aku tak bisa bicara…..
Sejenak aku tersadar……..Subahanallah……
Cuma itu yang terucap….
Ya Allah….bidararikah ini..????
Atau malaikat-Mu yang datang menjemputku?
Aku masih tak tau apa yang ada didepanku…..
Seindah paras mu yang ayu….
Tersimpan akhlakmu yg  mulia….
Kau ikuti sunah Rasul mu….
Kau tu2p auratmu…….
Aku memang bukan sang pangeran,atopun sang pujangga….
Tapi aku adalah pengagum Ciptaan-Nya……
Demi mengahrap keridho’an-Nya..

Minggu, 17 Juli 2011

Harta

Hadist Tentang Harta Dunia




Yang dinamakan harta kekayaan bukanlah banyaknya harta benda tetapi kekayaan yang sebenarnya ialah kekayaan jiwa (hati). (HR. Abu Yu'la)

Setiap orang lebih berhak atas harta miliknya daripada ayahnya atau anaknya dan segenap manusia. (HR. Al Baihaqi)

Harta kekayaan adalah sebaik-baik penolong bagi pemeliharaan ketaqwaan kepada Allah. (HR. Adailami)

Tiap menjelang pagi dua malaikat turun. Yang satu berdoa: "Ya Allah, karuniakanlah bagi orang-orang yang menginfakkan hartanya tambahan peninggalan". Malaikat yang satu lagi berdoa: "Ya Allah, timpakan kerusakan (kemusnahan) bagi harta yang ditahannya (dibakhilkannya). (Mutafaq 'alaih)

Harta yang dizakati tidak akan susut (berkurang). (HR. Muslim)

Sesungguhnya rezeki mencari seorang hamba sebagaimana ajal mencarinya.(HR. Athabrani)

Cinta yang sangat terhadap harta dan kedudukan dapat mengikis agama seseorang. (HR. Aththusi)

Apa yang sedikit tetapi mencukupi lebih baik daripada banyak tetapi melalaikan.(HR. Abu Dawud)

Orang yang paling dirundung penyesalan pada hari kiamat ialah orang yang memperoleh harta dari sumber yang tidak halal lalu menyebabkannya masuk neraka. (HR. Al Bukhari)

Sesungguhnya orang-orang yang mengelola harta Allah dengan tidak benar maka bagi mereka api neraka pada hari kiamat. (HR. Al Bukhari)

Apabila kamu diberi sesuatu tanpa kamu minta maka pergunakanlah (makanlah) dan sedekahkanlah sebagiannya. (HR. Muslim)

Barangsiapa mengumpulkan harta dengan tidak sewajarnya (tidak benar) maka Allah akan memusnahkannya dengan air (banjir) dan tanah (longsor). (HR. Al Baihaqi